Category Archives: Religius

Kisah Al-Jassasah (Mata-mata) dan Dajjal

DIRIWAYATKAN  dari Amir bin Syarahil Asy-Sya’bi, bahwa ia pernah bertanya kepada Fathimah binti Qais Radhiyallahu Anha, “Beritakanlah kepadaku sebuah hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan janganlah engkau beritakan kepada orang lain.’ Fathimah menjawab, ‘Jika engkau berkehendak, saya akan memberitahukannya kepadamu.’ Amir berkata, ’Tentu aku sangat ingin mengetahuinya, beritakanlah kepadaku.’ Fathimah berkata, ‘Suatu hari aku mendengar suara muadzin Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk melaksanakan shalat berjamaah, maka aku pun berangkat ke masjid dan shalat bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Aku shalat pada shaf wanita yang ada di belakang kaum laki-laki. Ketika shalat sudah selesai, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di mimbar sambil tersenyum, lalu beliau bersabda, “Hendaklah setiap orang tetap berada di tempat shalatnya.”

Kemudian beliau bertanya, “Tahukah kalian kenapa aku mengumpulkan kalian?”

Para shahabat menjawab, “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengumpulkan kalian bukanlah untuk suatu kabar gembira atau kabar buruk, akan tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari, yang dahulunya seorang laki-laki pemeluk agama Nasrani kini telah memeluk Islam dan berbai’at kepadaku. Ia telah mengatakan sesuatu yang pernah aku katakan kepada kalian tentang Al-Masih Dajjal. Ia mengisahkan perjalanannya kepadaku bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut bersama 30 orang laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka terombang-ambing oleh ombak selama satu bulan. Hingga mereka terdampar di sebuah pulau di tengah laut di daerah tempat terbenamnya matahari. Lalu mereka istirahat di suatu tempat yang dekat dengan kapal.

Kemudian, mereka mendarat di pulau tersebut dan bertemu dengan seekor binatang yang berbulu lebat, sehingga mereka tidak dapat memperkirakan mana ekornya dan mana kepalanya, karena tertutup oleh bulunya yang terlalu banyak.

Mereka berkata, ”Celaka, dari jenis apakah kamu ini.”

Ia menjawab, ”Saya adalah Al-Jassasah.”

Mereka bertanya, ”Apakah Al-Jassasah itu?”

Tanpa menjawab pertanyaan mereka, lalu ia berkata, ”Wahai orang-orang, lihatlah seorang laki-laki yang berada di rumah terpencil itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan informasi dari kalian!”

Tamim Ad-Dari berkata, ”Ketika ia menjelaskan kepada kami tentang laki-laki itu, kami pun terkejut karena kami mengira bahwa ia adalah setan. Lalu kami segera berangkat sehingga kami memasuki rumah tersebut, di sana terdapat seorang manusia yang paling besar (yang tidak pernah kami lihat sebelumnya) dalam keadaan terikat sangat kuat. Kedua tangannya terikat ke pundaknya, serta antara dua lutut dan kedua mata kakinya terbelenggu dengan besi.”

Kami berkata, ”Celaka, siapakah kamu ini?” Ia menjawab, ”Takdir telah menentukan bahwa kalian akan menyampaikan informasi kepadaku, maka kabarkanlah kepadaku siapakah kalian ini?”

Mereka menjawab, ”Kami adalah orang-orang Arab yang berlayar dengan sebuah kapal, tiba-tiba kami menghadapi sebuah laut yang berguncang, lalu kami terombang-ambing di tengah laut selama satu bulan, dan teradamparlah kami di pulau ini. Lalu kami duduk di tempat yang terdekat dengan kapal, kemudian kami masuk pulau ini, maka kami bertemu dengan seekor binatang yang sangat banyak bulunya yang tidak dapat diperkirakan mana ekor dan mana kepalanya karena banyak bulunya.

Maka kami berkata, “Celaka, apakah kamu ini?”

Ia menjawab, ”Saya adalah Al-Jassasah.”

Kami bertanya, ”Apakah Al-Jassasah itu?”

Tanpa menjawab pertanyaan kami, ia berkata, ” Wahai orang-orang, lihatlah seorang laki-laki yang berada di rumah terpencil itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan informasi dari kalian!”

Lalu kami segera menuju tempat kamu ini dan kami terkejut bercampur takut karena mengira bahwa ia adalah setan.”

Laki-laki besar yang terikat itu mengatakan, ”Beritakanlah kepada saya tentang pohon-pohon kurma yang ada di daerah Baisan?”[1]

Kami bertanya, ”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?”

Ia berkata, ”Saya menanyakan apakah pohon-pohon kurma itu berbuah?”

Kami menjawab, “Ya.”

Ia berkata, “Adapun pohon-pohon kurma itu maka hampir saja tidak akan berbuah lagi.”

Kemudian ia mengatakan, ”Beritakanlah kepadaku tentang danau Tiberia.”

Mereka berkata, ”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?”

Ia bertanya, ”Apakah ia masih tetap berair?”

Mereka menjawab, “Airnya masih banyak.”

Ia berkata, “Adapun airnya, maka hampir saja akan habis.”

Kemudian ia berkata lagi, “Beritakanlah kepada saya tentang mata air Zugar.”[2]

Mereka menjawab, “Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?”

Ia bertanya, ”Apakah di sana masih ada air dan penduduk di sana masih bertani dengan menggunakan air dari mata air Zugar itu?”

Kami menjawab, “Benar, ia berair banyak dan penduduknya bertani dari mata air itu.”

Lalu ia berkata lagi, “Beritakanlah kepadaku tentang nabi yang ummi (tidak bisa tulis baca), apa sajakah yang sudah ia perbuat?”

Mereka menjawab, “Dia telah keluar dari Makkah dan bermukim di Yatsrib (Madinah).”

Lalu ia bertanya, “Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?”

Kami menjawab, “Ya.”

Ia bertanya, “Apakah yang ia lakukan terhadap mereka?”

Maka kami memberitahukan kepadanya bahwa Nabi itu telah menundukkan orang-orang Arab yang bersama dengannya dan mereka menaatinya.”

Lalu ia berkata, “Apakah itu semua telah terjadi?”

Kami menjawab, “Ya.”

Ia berkata, “Sesungguhnya adalah lebih baik bagi mereka untuk menaatinya dan sungguh aku akan mengatakan kepada kalian tentang diriku. Aku adalah Al-Masih Dajjal, dan sesungguhnya aku hampir saja diizinkan untuk keluar. Maka aku akan keluar dan berjalan di muka bumi dan tidak ada satu pun negeri kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam selain Makkah dan Thaibah, kedua negeri itu terlarang bagiku. Setiap kali aku ingin memasuki salah satu dari negeri itu maka aku dihadang oleh malaikat yang ditangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk menghambatku dari kedua negeri tersebut. Dan di setiap jalan-jalan yang ada di kota Madinah terdapat malaikat yang menjaganya.”

Fathimah berkata, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda sambil menghentakkan tongkatnya di atas mimbar, ”Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah (maksudnya kota Madinah). Bukankah aku sudah menyampaikan kepada kalian tentang hal itu?” Para shahabat menjawab, ”Benar.” Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Saya tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Tamim Ad-Dari, karena ia bersesuaian dengan apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang dia (Dajjal) dan tentang Madinah dan Makkah. Ketahuilah, tempatnya (Dajjal) terletak di laut Syam atau laut Yaman. Ia datang dari arah timur, dari arah timur, dari arah timur. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengisayaratkan tangannya ke arah timur. Fathimah berkata, “Hadits ini yang saya hafal dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.” HR. Muslim

___________________________

[1] Baisan merupakan kota yang terletak di sebuah lembah yang berada di sebelah barat telaga Yordan, tepatnya di sebelah barat daya Tiberia.

[2] Zugar adalah salah satu desa di negeri Syam yang terletak di daerah pantai laut mati. Ibnu Al-Atsir mengatakan, “Zugar adalah mata air yang ada di negeri Syam yang berada di tanah yang subur.” Sebagian pendapat ada yang menyebut laut mati dengan danau zugar, yang disandarkan kepada oasis yang ada di dekat laut itu.

 

 

 

sumber : islampost

Saat Mata Rasulullah SAW Tembus Pandang

 

Setelah pulang dari perjalanan Isr’ Mi’raj, banyak hal yang serba tidak masuk akal ditanyakan oleh orang kafir.
Sampai bentuk bangunan Masijidil al Aqsha, keadaan sekitarnya, jumlah pintu pun mereka tanyakan.
Maka turunlah mu’jizat, sehingga jarak pandang Beliau tembus sampai ke Masjid Al Aqsha.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas dan Aisyah ra ( istri Rasulullah SAW) bahwa suatu pagi yang cerah tanggal 27 Rajab tahun ke 11 kerasulan Muhammad SAW, Rasulullah duduk merenung sedih seraya bersabda,
“Perjalanan Isra’ Mi’rajku semalam dan waktu subuh aku telah tiba di Makkah, kurasakan benar akan menimbulkan banyak orang yang tidak mempercayaiku.”

Secara kebetulan, Abu Jahal lewat di depan Rasulullah SAW.
Melihat kemenakannya yang tampak sedang sedih, ia kemudian menghampirinya.
“Hai Muhammad, sepertinya ada hal penting yang Engkau pikirkan,” katanya.
“Benar paman, semalam aku baru menempuh perjalanan jauh,” jawab Rasulullah.
“Perjalanan jauh kemanakah sehingga membuat Engkau meratapinya,” ujar ABu Jahal lagi.

Isra’ Mi’raj

Rasulullah pun lantas menjelaskan tentang peristiwa yang luar biasa yang baru saja Beliau alami tersebut kepada pamannya, bahwa semalam Beliau telah melakukan sebuah perjalanan jauh yakni ke Sidratul Muntaha melalui Baitul Maqdis.

Setelah menyimak cerita Rasulullah, ABu Jahal pun lantas bertanya kepada kemenakannya tersebut seraya mengekspesikan ketidakpercayaa nnya akan semua apa yang baru saja dialami oleh Rasulullah.

“Kalau pun memang engkau semalam telah melakukan perjalanan ke Sidratul Muntaha, apakah mungkin sekarang engkau sudah berada di sini dan apakah engkau berani mengabarkan peristiwa gila ini kepada kaummu?” ucap Abu Jahal.

Melihat Abu Jahal yang

 
sepertinya sangat tidak percaya akan semua yang Beliau alami, maka ketika ABu Jahal menantang Beliau untuk mengabarkan peristiwa luar biasa kepada penduduk Makkah.

Setelah banyak orang yang berkumpul, Rasulullah SAW pun menyampaikan kepada kaumnya seraya bersabda,
“Wahai kaumku, ketahuilah bahwa semalam aku baru menempuh perjalanan jauh.”
Salah seorang dari kaum itu bertanya.
“Kemana?”

Rasulullah SAW pun menjawab dengan tegas,
“Ke Sidratul Muntaha melalui Baitul Maqdis,” sabda Rasulullah.
“Dan pagi ini kamu sudah berada di sini, hai Muhammad?” tanya seorang kaum itu yang keheranan.
“Benar, dan inilah kekuasaan Allah SWT, wahai kaumku!” sabda Rasulullah SAW menjelaskan.

Mata Rasulullah SAW Tembus Pandang

Tiba-tiba seorang dari Bani ‘Adi bernama Muth’im bin ‘Adi menerobos kerumunan orang dan maju ke depan dan berkata lantang,
“Hai Muhammad, sebelum hari ini, aku membenarkan ucapanmu.
Tetapi sejak detik ini aku mendustakanmu, sebab aku biasa ke Baitul Maqdis dengan berkendara unta membutuhkan waktu sebulan penuh untuk sampai kesana.
Demikian juga pulangnya ke Makkah.
Kalau engkau memang benar semalam telah ke Baitul Maqdis aku mempunyai pertanyaan untukmu, Berapakah jumlah pintu Masjid al-Aqsha/ Baitul Maqdis?”

Mendengar pertanyaan dari Muth’in bin ‘Adi tersebut Beliau tampak sangat bersedih.
Sebab waktu disana, Beliau memang tidak memperhatikan masalah pintu, apalagi menghitungnya.

Dalam kesedihan yang amat sangat itu, tiba-tiba turunlah Mukjizat.
Rasulullah SAW dapat melihat dengan jelas seluruh ruangan Masjid al-Aqsha yang berada nun jauh di Palestina.
Sehingga Beliau langsung dapat menghitung jumlah pintunya dan memberikan jawaban yang tepat kepada penduduk Makkah.